Kamis, 24 Januari 2013

Pendidikan Surau

 A. Proses adanya pendidikan Surau  

     Istilah surau banyak digunakan di Sumatera Barat, tepatnya di Minangkabau, Semenanjung Malaysia, Sumatera Tengah dan Patani (Thailand Selatan). Sebutan Surau sendiri berasal dari bahasa Melayu-Indonesia, hingga penggunaannya meluas sampai ke Asia Tenggara. Dulu suurau hanyalah penamaan suatu tempat pemujaan bagi umat Hindu-Budha. Sehingga surau dianggap sesuatu yang mistis dan sakral bagi mereka yang mempercayainya. 

      Ia berdiri sekitar tahun 1356 M. yaitu pada masa kerajaan Adityawarman di bukit Gonbak. Pada masa itu merupakan masa keemasan Hindu-Budha, sehingga mau tidak mau keberadaan surau harus dijadikan tempat peribadatan mereka. Akan tetapi dengan datangnya Islam, surau mengalami proses Islamisasi, tanpa harus mengalami perubahan nama.

      Setelah mengalami akulturasi budaya dari Hindu-Budha ke Islam, penggunaan nama surau disamakan dengan istilah langgar atau mushalla. meskipun belum sepenuhnya berfungsi untuk kegiatan ritual keagamaan. Karena keberadaan surau lebih dulu sebelum langgar atau mushalla berdiri.

   Perkembangannya di dunia Islam begitu cepat, dengan ditandai adanya beberapa aktifitas keagamaan. Kaum muslim sudah mulai menerima keberadaannya untuk digunakan sebagai proses mensyi'arkan agama Islam, memperkokoh keimanan dan ke-Islamannya.  Dari semangat yang ditunjukkan oleh kaum muslim inilah surau pada akhirnya dapat dikenal luas sepanjang sejarah.

      Namun seperti halnya lembaga pendidikan yang lain, surau pun pernah mengalami pasang surut dalam sejarah perkembangannya. Waktu itu pada akhir abad XVIII surau pernah berusaha ingin dihapus oleh pemuda yang tidak setuju denagan keberadaannya. Mereka mengira surau hanyalah tempat yang dijadikan sebagai kegiatan tahayul, bid'ah, dan lain sebagainya. Hingga pada akhirnya membawa pengaruh buruk bagi pengajaran Islam.

      Setelah satu abad berlalu, surau mencoba bangkit kembali dengan kemasan baru, karena dikombinasikan dengan proses modernisasi yang mulai perlahan masuk ke Nusantara. Di dalamnya bukan hanya terfokus pada kegiatan ritual saja, akan tetapi kegiatan-kegiatan yang menyangkut dengan kehidupan bersosialisasi, termasuk di dalamnya adalah sebagai central education (pusat pendidikan) ilmu-ilmu agama.

B. Perkembangan Surau

     Perkembangan surau di Indonesia berpusat di Minangkabau, karena memang sejarah mencatat bahwa masuknya Islam ke Indonesia mula-mula dari pulau Sumatera Utara (Aceh), lalu ke Sumatera Barat tepatnya di Minangkabau, ke Sulawesi, Ambon, dan Filiphina, lalu ke pulau Jawa, Lampung, Palembang, serta kepulauan di Indonesia lainnya.

      Surau pertama kali dikenalkan oleh Syekh Burhanuddin di Ulakan Pariaman. Perannya sebagai tempat ibadah dan tempat untuk mengajarkan agama Islam, khususnya adalah ilmu tentang suluk (tarekat). Tidak heran jika dalam perkembangan selanjutnya, peran surau dipegang oleh murid-murid Syekh Burhanuddin sebagai generasi selanjutnya.

       Beberapa kendala yang dihadapi surau diantaranya adalah selama perang padri banyak sekali surau yang terbakar dan Syekhnya banyak pula yang meninggal. Kedua, Belanda mulai mendirikan sekolah nagari. Ketiga, pemuda-pemuda Islam yang tidak setuju dengan adanya surau, mereka mendirikan madrasah sendiri sebagai wujud ketidaksetujuan terhadap praktik-praktik surau yang penuh dengan kesesatan.  

Tidak ada komentar: