Jumat, 13 Desember 2013

Tokoh dan Pokok Pikiran Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah

A.    PENDAHULUAN
وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ {31}
قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَآ إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ {32}
قَالَ يَآءَادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ فَلَمَّآ أَنبَأَهُمْ بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ{33}
Artinya: “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Benturan firqah-firqah di kalangan ummat Islam, khususnya dalam bidang politik, berakhir dengan kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Umayyah pada tahun 41 H/661 M , sebagai pemimpin Daulah Islamiyah, dengan caranya sendiri, Muawiyah dapat menduduki jabatan khalifah dan menjadikan keturunannya sebagai pengganti dirinya. Muawiyah termasuk orang yang berhasil dalam memadukan sistem politik musyawaroh dengan sistem monarki. Sesudah Negara sudah dirasa cukup aman, barulah ia membangun dan menata sistem pemerintahan, memperkuat kedudukan bangsa Arab diantara bangsa-bangsa lain yang dikuasai, memperlancar dan memajukan ekonomi perdagangan dan mengembangkan bidang kebudayaan.
Salah satu aspek dari kebudayaannya adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika pada masa Nabi dan Khulafa ur-Rasyidin perhatiannya terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur'an dan Al-Hadits, maka sesudah itu, sesuai dengan kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.
Dinasti yang didirikan oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan dari beberapa khalifah yang memegang kekuasaan, hanya beberapa orang saja yang dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan, antara lain: Muawiyah Bin Abi Sufyan, Abdul Malik Bin Marwan, Al-Walid Bin Abdul Malik, Umar Bin Abdul Aziz dan Hisyam Bin Abdul Malik. Selain mereka yang sudah disebutkan merupakan khalifah yang lemah. Dinasti Muawiyah I mencapai puncak kejayaannya pada masa khalifah A-Walid Bi Abdul Malik dan kemudian akhirnya menurun dan kekuasaan mereka direbut oleh Bani Abbasiyyah I pada tahun 750 M. Pada saat itu sedang terjadi sebuah konflik yang sengit antara Al-Mudhariyah dan Yamaniyah. Dan kekuasaan Abbasiyah berada ditangan Yusuf Al-Fihri. Orang-orang Yaman bersatu dibawah pimpinan Abdurrahman dan melakukan pertempuran dengan Yusuf Al-Fihri selama 1 tahun. Akhirnya Abdurrahman berhasil mengalahkannya pada tahun 750 M. Ia melarikan diri ke Andalusia dari kerajaan Abbasiyyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
 Abdurahman Ibn Muawiyah lolos dari pembunuhan saat revolusi Abbasiyyah tahun 132 H/ 750 M dan diberi gelar Ad-Dhakhil karena dapat menyingkirkan Yusuf Ibn Ar-Rahman Al-Fihri pada tahun 138 H/ 756 M. Dan semala 32 tahun ia mampu mengatasi dari dalam maupun luar dan dijuluki sebagai rajawali Quraisy. . Dengan demikian maka dimulailah peradaban baru di Andalusia yang dinamakan Dinasti Umayyah II.

B. PEMBAHASAN
1.      Tokoh/Ilmuwan Muslim Pada Masa Bani Umayyah
Dalam sepak terjang yang dilakukan Bani Umayyah di bidang pendidikan Islam, banyak melahirkan para ulama yang ahli di bidangnya, mereka bertanggung jawab terhadap kelancaran jalannya pendidikan, Dalam hal ini, Ulama memikul tugas mengajar dan memberikan bimbingan serta pimpinan kepada masyarakat. Ulama bekerja atas dasar kesadaran dan tanggung jawab agama, bukan atas dasar pengangkatan dan penunjukkan pemerintah[1].
Diantara ulama yang menjadi pendidik sekaigus sebagai ilmuan pada waktu itu adalah:
1). Seni Bahasa dan Sastra
Pada masa pemerintahan Abd. Malik bin Marwan, bahasa arab digunakan sebagai administrasi negara. Dengan penggunaan bahasa Arab yang semakin luas dibutuhkan suatu panduan bahasa yang dapat digunakan semua orang. Hal itu mendorong lahirnya seorang ahli bahasa terkemuka yang bernama Imam Syibawaihi, yang mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-Kitab. Disamping itu, pada pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia terdapat juga ahli bahasa yang terkenal, antara lain: Ibnu Malik pengarang kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Haj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi, al-Farisi, al-Zujaj. Di bidang sastra juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-sastrawan yang terkemuka, seperti:
a. Qays Bin Mullawah menyusun buku yang berjudul Laila Majnun, wafat pada tahun 699 M.
b. Jamil Al-Uzri (701 M)
c. Al-Akhtal (701 M)
d. Umar Ibn Abi Rubi’ah (719 M)
e. Al-Farazdaq (732 M)
f. Ibnu Al-Muqoffa (756 M)
g. Ibnu Al-Jarir (792 M)[2]
b. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir memliki makna yang strategis, disamping karena luasnya faktor  kawasan Islam ke beberapa daerah luar Arab yang membawa konsekuensi lemahnya seni sastra Arab. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa Al-Qur'an dan makna Al-Qur'an yang digunakan untuk kepentingan golongan tertentu. Diantara tokoh-tokohnya adalah Mujahid, Athak bin Abu Rabah, Ikrimah, Qatadah, Said bin Jubair, Masruq bin al-Ajda', Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Abd Malik Ibnu Juraid al-Maliki.  Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah. Tafsir berkembang dari lisan ke lisan, sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat nabi sekaligus paman nabi yang terkenal.
c. Ilmu Hadits
Perkembangan ilmu Hadits sendiri terjadi setelah diketahui banyaknya hadits palsu yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik. Sebelumnya hadits hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Setengah sahabat dan para pelajar ada yang mencatat hadits-hadits itu dalam buku catatannya. Atas dasar itulah dirasa penting untuk menyusun atau mengumpulkan dan membukukan Hadits-hadits tertentu saja, yang dikira kuat dalam sanad dan matannya. Diantara para ahli hadits yang terkenal pada masa itu ialah Muhammad bin Syihab al-Zuhri, Hadits ada al-Zuhry, Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin Idris.
d. Fiqih
 Pada periode Umayyah, telah melahirkan sejumlah mujtahid fiqih, terbukti ketika akhir masa Umayyah telah akhir tokoh madzhab seperti Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibu Anas di Madinaah. Sedangkan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal lahir pada masa Dinasti Abbasiyyah.[3] Dan di bidang fiqih, Umayyah di Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fiqih dari mazhab Imam Maliki. Para Ulama yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya adalah Abu bakar ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Said Al-Baluthi dan Ibn Hazm, kemudian abu bakar al quthiyah, munzir bin sa,if al-baluthi dan ibnu hazim.[4]
e. ilmu kimia
Khalifah Yazid bin Muawiyyah seorang khalifah yang pertama kali meyuruh untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Beliau mendatangkan beberapa orang Romawi yang bermukim di mesir. Diantaranya  Maryanis seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kimia.
f. Ilmu Kedokteran
Peduduk Syam di Zaman ini telah banyak menyalin bermacam ilmu ke dalam bahasa Arab, seperti: ilmu-ilmu kedokteran misalnya karangan Qais Ahrun dalam bahasa Suryani yang disalin ke dalam bahasa Arab Masajuwaihi.
g. Ilmu Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang di lalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa abad ke 12 minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 selama pemerintahan bani umayyah. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia dalah Abu Bakr Muhammad bin al-Syaigh yang terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-muwahhid, tokoh kedua adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalh kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari cordova. Ia menafsirkan maskah – naskah aristoteles dan menggeltuti masalah – masalah menahun tentang keserasian filsafat agama.
h. Musik dan Kesenian
Dibidang ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin Nafi yang berjuluk Zaryah. Dia juga terkenal sebagai penggubah lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga kemasyhurannya makin meluas.[5]

2.      Pemikiran Tokoh Pendidikan Pada Masa Daulah Bani Umayyah
Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang berkembang di Andalusia masa dinasti Bani Umayyah :
No
Nama
Bidang Keahlian
Keterangan
1
Abu Ubaidah Muslim Ibn Ubaidah al Balansi
- Astrolog
- Ahli Hitung
- Ahli gerakan bintang-bintang
Dikenal sebagai Shahih al Qiblat karena banyak sekali mengerjakan penetuan arah shalat.
2.
Abu al Qasim Abbas ibn Farnas
- Astronom
kimia
Ilmi kimia, baik kimia murni maupun terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya dengan ilmu kedokteran. Farmasi dan ilmu kedokteran telah mendorong para ahli untuk menggali dan mengembangkan ilmu kimia dan ilmu tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan.
3
Ahmad ibn Iyas al Qurthubi
Kedokteran
Hidup pada masa Khalifah Muhammad I ibn abd al rahman II Ausath
4.
Yahya ibn Ishaq
Hidup pada masa khalifah Badullah ibn Mundzir
5.
Abu Daud Sulaiman ibn Hassan
Hidup pada masa awal khalifah al Mu’ayyad
6.
Abu al Qasim al Zahrawi
- Dokter Bedah
- Perintis ilmu penyakit telinga
- Pelopor ilmu penyakit kulit
Di Barat dikenal dengan Abulcasis. Karyanya berjudul al Tashrif li man ‘Ajaza ‘an al Ta’lif, dimana pada abad XII telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford (1778 M) buku tersebut menjadi rujukan di universitas-universitas di Eropa.
7.
Abu Marwan Abd al Malik ibn Habib
- Ahli sejarah
- Penyair dan ahli nahwu sharaf
- wafat 238/852
- salah satu bukunya berjudul al Tarikh
8.
Yahya ibn Hakam
- Sejarah
- Penyair
-
9.
Muhammad ibn Musa al razi
- Sejarah
- wafat 273/886
- Menetap di Andalusia pada tahun 250/863
10.
Abu Bakar Muhammad ibn Umar
- Sejarah
- Dikenal dengan Ibn Quthiyah
- Wafat 367/977
- Bukunya berjudul Tarikh Iftitah al Andalus
11.
Uraib ibn Saad
- Sejarah
- Wafat 369/979
- Meringkas Tarikh al- thabari, menambahkan kepadanya tentang al Maghrib dan Andalusia, disamping memberi catatan indek terhadap buku tersebut.
12.
Hayyan Ibn Khallaf ibn Hayyan
- Sejarah & sastra
- Wafat 469/1076
- Karyanya : al Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan al Matin.
13.
Abu al Walid Abdullah ibn Muhammad ibn al faradli.
- Sejarah
- Penulis biografi
- Lahir di Cordova tahun 351/962 dan wafat 403/1013.
- Salah satu karyanya berjudul Tarikh Ulama’i al Andalus

Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab tidak terlepas daripada peran para ulama dan sastrawan, diantaranya adalah :
  1. Ali al Qali. Ia adalah seorang tokoh besar pada zamannya. Ia dibesarkan dan menimba ilmu Hadits, bahasa, sastra, Nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad. Pada tahun tahun 330/941 al Nashir mengundang beliau untuk menetap di Cordova dan sejak saat itu Ali mengembangkan ilmu Islam sampai wafatnya (358/696). Dari sekian banyak karya tulisnya yang bernilai tinggi, diantaranya adalah al Amalî dan al Nawâdir.
  2. Ibn al Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar. Ia adalah seorang ahli bahasa Arab, Nahwu, penyair dan sastrawan. Ia menulis buku dengan judul al Af’âl dan Fa’alta wa Af’alât. Ia meninggal pada tahun 367/977.
  3. Al Zabidi. Ia adalah guru dari Ibn Quthiyah. Al Zabidy sudah mengembangkan bahasa dan sastra di Andalusia sebelum adanya Ali al Qali. Bukunya yang terkenal adalah Mukhtashar al ‘Ain dan Akhbar al Nahwiyyîn.âîû
  4. Said Ibn Jabir, ia juga merupakan salah satu guru dari Ibn Quthiyah.
  5. Muhammad ibn Abdillah ibn Misarrah al Bathini (269-319) dari Cordova dikenal sebagai orang pertama yang menekuni filsafat di Andalusia.[6]
Berikut ini Bibliografi beberapa sastrawan Andalusia :
  1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih. Lahir di Cordova 246/860. ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada sastra dan sejarah. ia berhasil menggubah syari-syair pujian (madah) bagi empat khilafah Umawiyah, sehingga ia mendapat kedudukan terhormat di istana. Pada masa al Nashir ia menggubah 440 bait syair dengan menggunakan bahan acuan sejarah. Pada masa tuanya, Abu Amr menyesali kehidupan masa mudanya, kemudian ia berzuhud. Oleh karenanya ia menggubah syair-syair zuhdiyyat yang ia himpun dalam al Mumhishât. Sebagian besar karya syairnya sudah hilang, sedangkan yang berupa prosa ia tuangkan dalam karyanya yang diberi nama al ‘Aqd al Fârid. Ia pada tahun 328/940 dalam keadaan lumpuh.
  2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Lahir di Cordova pada tahun 382/992. Ia dikenal dekat dengan penguasa. Dengan keterlibatannya dengan kemelut politik, ia sering membuat syair-syair dalma rangka membesarkan atau menggulingkan seorang penguasa. Pada masa kekuasaan Hamudiyah penyair ini dipenjarakan dan menerima penghinaan serta penganiayaan yang berat. Ia dibebaskan dalam keadaan lumpuh sampai wafat pada tahun 427/1035. Karyanya dalam bentuk prosa adalah Risâlah al Tawâbi’ wa al Zawâbigh, Kasyf al Dakk wa Atsar al Syakk dan Hanut ‘Athar.
  3. Ibn Hazm. Lahir pada tahun 384/994) merupakan penyair sufi yang banyak menggubah puisi-puisi cinta.[7]
Ilmuan Muslim yang terkenal pada masa bani Umayyah, antara lain :
a.    Hasan al-Basri dan Sulaiman bin Umar. Beliau adalah ahli fiqih dan ahli hadist yang selalu dimintai fatwa oleh khalifah Umar bin Abdul Azis tentang kebijaksanaannya.
b.   Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (Ibnu Syihab az-Zuhri). Beliau adalah ahli hadis, pengumpul dan penulis hadis pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis.
c.    Wasil bin Atha’. Pendiri aliran Muktazilah ( berarti orang yang memisahkan diri), yaitu aliran dalam Islam yang lebih mementingkanakal fikiran dibandingkan dengan dalil naqli bertentangan dengan aliran Ahlus sunnah Wal Jama’ah, beliau adalah murid Hasan al-Basri setelah  berbeda pendapat dengan gurunya ia memisahkan diri.[8]

C. KESIMPULAN
Pemikiran pendidikan Islam pada masa umayyah tampak dalam bentuk nasehat-nasehat khalifah kepada pendidik anak-anaknya, yang memenuhi buku sastra, yang menunjukan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada tradisi Arab dan Islam. Salah satu nasehat tersebut adalah nasehat Abdul Malik bin Marwan kepada pendidik anknya, “ hendaklah pendidik mendidik akal, hati, dan jasmani anak-anak.
            Pemikiran pendidikan islam pada masa Umayah  ini juga tersebar pada beberapa tulisan para ahli nahwu, sastra, hadis, dan tafsir. Pada masa ini para ahli tersebut mulai mencatat (modifikasi) ilmu-ilmu bahasa, sastra dan agama.
Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab tidak terlepas daripada peran para ulama dan sastrawan, diantaranya adalah:
1. Ali al-Qali
2. Ibn al Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar
3. Al Zabidi.
4. Said Ibn Jabir, ia juga merupakan salah satu guru dari Ibn Quthiyah.
5. Muhammad ibn Abdillah ibn Misarrah al Bathini (269-319) dari Cordova dikenal sebagai orang pertama yang menekuni filsafat di Andalusia.
Berikut ini  beberapa sastrawan Bani Umayyah di Andalusia :
1. Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih.
2. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid.
3. Ibn Hazm.


Ilmuan Muslim yang terkenal pada masa bani Umayyah, antara lain :
a.    Hasan al-Basri dan Sulaiman bin Umar.
b.   Imam Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (Ibnu Syihab az-Zuhri).
c.    Wasil bin Atha’.

D. DAFTAR BACAAN
Taqiyuddin. 2008. "Sejarah Pendidikan Islam”. Bandung: Mulia Press.
Abudin Nata, 2010. ”Sejarah Pendidikan Islam".  Jakarta: Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidyatullah.
Munawwar Chalil. 1989. "Empat Biogrfi Imam Madzhab".  Jakarta: Bulan Bintang.
Badri Yatim. 2010. "Sejarah Peradaban Islam". Jakarta:Rajawali Press.
Susanto, 2009. "Pemikiran Pendidikan Islam". Jakarta: Amzah.
Hasan Langgulung. 1980. "Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21". Jakarta: Pustaka Al Husna.



[1] Taqiyuddin. Sejarah Pendidikan Islam. 2008. Bandung: Mulia Press. hh. 78-79
[2] Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam. 2010. Jakarta: Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidyatullah. h.103
[3] Munawwar Chalil. Empat Biogrfi Imam Madzhab. 1989. Jakarta: Bulan Bintang. h. 23
[4] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2010. Jakarta:Rajawali Press. h. 103
[5] Hasan Langgulung, "Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21". 1980. Jakarta: Pustaka Al Husna. h.78
[6] Susanto, "Pemikiran Pendidikan Islam". Jakarta: Amzah. h.124
[7] Ibid, h.125
[8] Hasan Langgulung, Op.Cit., h.79