Selasa, 26 November 2013

Sistem Pendidikan Islam Pada Masa Rasul di Madinah



A.    PENDAHULUAN
Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan oleh Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih mengedepankan logika materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan yang dalam hal ini sering disebut paham Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa. Banyak kasus buruk dunia pendidikan yang mencuat di permukaan dimuat oleh beberapa media massa cukup meresahkan semua pihak yang peduli terhadap masa depan pendidikan bangsa yang lebih baik.
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah.
Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah pendidikan islam berkembang pesat.
Sebut saja tokoh Ibnu Sina sebagai sosok yang dikenal peletak dasar ilmu kedokteran dunia namun beliau juga faqih ad-diin terutama dalam hal ushul fiqh. Masih ada tokoh-tokoh dunia dengan perannya yang penting dan masih menjadi acuan perkembangan sains dan teknologi berasal dari kaum muslimin yaitu Ibnu Khaldun(bapak ekonomi), Ibnu Khawarizm (bapak matematika), Ibnu Batutah (bapak geografi), Al-Khazini dan Al-Biruni (Bapak Fisika), Al-Battani (Bapak Astronomi), Jabir bin Hayyan (Bapak Kimia), Ibnu Al-Bairar al-Nabati (bapak Biologi) dan masih banyak lagi lainnya. Mereka dikenal tidak sekadar paham terhadap sains dan teknologi namun diakui kepakarannya pula di bidang ilmu diniyyah.
B.     PEMBAHASAN
1.      PENDIDIKAN PADA MASA NABI SAW DI MADINAH
Setelah Nabi serta sahabat-sahabat-Nya (Muhajirin) hijrah ke Madinah, usaha nabi yang pertama adalah mendirikan mesjid. Nabi sendiri bekerja membangun masjid itu bersama-sama sahabatnya. Di samping masjid didirikan rumah tempat tinggal Nabi. Disalah satu penjuru mesjid disediakan untuk tempat tinggal orang-orang miskin yang tidak mempunyai rumah.
Setelah selesai pembangunan itu, maka di masjid itulah Nabi mendirikan sembahyang berjama’ah. Bahkan di masjid itu lah Nabi membacakan Al-Qur’an dan memberikan pendidikan dan pengajaran islam. Begitu juga di mesjid itulah Nabi bermusyawarah dengan sahabat-sahabat-nya.
Pendidikan pertama yang dilakukan Nabi, ialah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis-habisan sisa-sisa permusuhan persukuan. Lalu nabi mempersatukan dua orang. Mula-mula di antara sesama Muhajirin, kemudian di antara Muhajirin dan Anshar.  Dengan lahirnya persatuan itulah persaudaraan kaum muslimin bertambah kokoh.[1]
Setelah selesai Nabi mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu di tegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabt dengan Kaum muslimin, tolong menolong, bantu membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus mempertahankan negeri bersama-sama kaum muslimin. Dalam pada itu kaum Yahudi akhirnya merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaanya.[2]
2.      PENDIDIKAN DI MADINAH
Madinah adalah sebuah kota dalam wilayah kekuasaan pemerintah Kerajaan Arab Saudi sekarang. Kota ini di kenal sebagai tanah suci kedua umat islam. Pada zaman Nabi Muhammad SAW dan al-khulafa al-rasyidin, kota ini menjadi pusat dakwah, pusat pengajaran dan pemerintahan islam. Dari kota inilah islam memancar ke seluruh penjuru semenanjung Arab dan kemudian ke seluruh dunia.
Sebelum nabi hijrah ke Madinah, nama kota itu adalah Yatsrib. Setelah Nabi SAW hijrah, pada tanggal 22 September 622 M, kota itu di ubah namanya menjadi Madinah al-Nabi atau al-Madinah al-Munawwaroh.
Dari segi ekonomi dan politik, kedudukan Yahudi di kota Yatsrib dianggap sebagai yang paling kuat di kalangan penduduk. Bahkan mereka pernah mengontrol politik di Yatsrib. Pengaruh yahudi baru berkurang setelah kedatangan suku Aus dan Khajraz. Baru pada abad ke-6, orang arab berhasil melepaskan diri dari ketergantungan kaum Yahudi. Dan dari keadaan ini, Nabi Muhammad SAW memiliki peluang untuk melakukan penataan berbagai bidang kehidupan seperti: sosial, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan pendidikan berdasarkan nilai-nilai ajaran islam, situasi di kota Madinah yang demikian itu selanjutnya memebrikan pengaruh yang signifikan dalam bidang pendidikan.
a.      VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan di Madinah atau sesudah hijrah adalah “Unggul dalam bidang keagamaan, moral, sosial ekonomi, dan kemasyarakatan, serta penerapannya dalam kehidupan.
Sejalan dengan visi tersebut, maka pendidikan yang berlangsung di Madinah memiliki Misi :
1)      Memberikan bimbingan kepada kaum muslimin menuju jalan yang di ridhai Tuhan.
2)      Mendorong kaum muslim untuk berjihad di jalan Allah.
3)      Memberikan didikan akhlak yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi.
4)      Mengajak kelompok di luar islam (Yahudi dan Nasrani) agar mematuhi dan menjalani agamanya dengan shaleh, sehingga mereka dapat hidup tertib dan berdampingan dengan umat islam.
5)      Menyesuaikan didikan dan dakwah dengan keadaan masyarakat saat itu.
Dengan demikian, maka tujuan pendidikan yang di selenggarakan di Madinah adalah membentuk masyarakat yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan cita-cita Islam, yakni mewujudkan masyarakat yang diridhai Allah SWT dengan cara menjalankan syariat islam seutuhnya. Atas dasar Tujuan ini, maka pendidikan islam berperan mewujudkan sistem dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan ajaran dan nilai-nilai islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad SAW, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan situai dan kondisi.
a)      KURIKULUM PENDIDIKAN
Kurikulum pendidikan di Madinah selain berisi materi pengjaran yang berkaitan dengan akidah akhlak juga pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga kaum kerabat, pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid, pendidikan shalat, pendidikan adab sopan santun.
b)     PESERTA DIDIK
Peserta didik di Madianh jauh lebih banyak dibandingkan dengan peserta didik di Mekkah. Hal ini terjadi, karena ketika di madinah, Nabi Muhammad SAW sudah memiliki otoritas yang lebih luas, baik sebagai kepala agama,maupun sebagai kepala negara.

Syaikh Ahmad farid dalam bukunya Min A’lam al-salaf, menyebutkan adanya sejumlah sahabat sebanyak 60 orang. Di antaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Siti Aisyah, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr.
(1)   TENAGA PENDIDIK
Yang menjadi pendidik di Madinah pada saat itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri yang pada tahap selanjutnya di bantu oleh para sahabat terkemuka sebagaimana tersebut di atas.
(2)    METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pada dasarnya metode pengajaran dan pendidikan yang dilakukan di Madinah sama dengan yang di lakukan di Mekkah, yakni dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni sebagai makhluk yang memiliki berbagai kecenderungan, dan kelebihan. Untuk itu, Nabi Muhammad SAW terkadang menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan dan bermain peran.
(3)   LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan di Madinah di kemukakan sebagai berikut:
(a)    Masjid
(b)   Al-suffah
(c)    Kuttab
c)      EVALUASI DAN LULUSAN PENDIDIKAN
Pendidikan di Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan pengemabangan yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di Mekkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum ada di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan islam.[3]
3.      PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MADINAH
Hijrah dari Mekkah ke Madinah buan sekedar hanya berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman hukum Quraisy dan penduduk Mekkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lenih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang nanti di dalamnya bersinar kembali mutiara Tauhid warisan Ibrahim yang akan di sempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT.[4]
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a.    PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN MASYARAKAT BARU, MENUJU SATU KESATUAN SOSIAL DAN POLITIK.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1).      Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2).      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3).      Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
4).      Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.
 Selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
b.      PENDIDIKAN SOSIAL POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c.       PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
1)      Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
2)      Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
3)      Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
(a)    Pendidikan Tauhid
(b)   Pendidikan Shalat
(c)    Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
(d)   Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
(e)    Pendidikan kepribadian
(f)    Pendidikan kesehatan
(g)   Pendidikan akhlak [5]
4.      PERBEDAAN CIRI POKOK PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE KOTA MAKKAH DAN KOTA MADINAH:
a.      PERIODE KOTA MAKKAH:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kotaMakkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

b.      PERIODE KOTA MADINAH:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.[6]
Pada periode Madinah adalah disamping seperti periode Makkah juga terdapat perkembangan yaitu :
1)      Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
2)      Perinsip pendidikan sosial
3)      Perinsip pendidikan politik dan pemerintah
C.    PENUTUP/KESIMPULAN
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Pembangunan dan pembentukan generasi islam berkualitas sebagaimana para sahabat, tabi’in, tabi’in-tabi’at dan ulama-ulama kenamaan merupakan bukti keberhasilan pola pendidikan islami. Generasi islam dinilai berkualitas apabila terbentuk pola pikir dan pola jiwa berlandaskan pada aqidah Islam yang kuat sehingga mampu mengintegrasikan keimanan dan kompetensi pada diri anak didik. Pola pendidikan islami sudah ada semenjak Rasulullah SAW hidup dan beliaulah yang meletakkan pondasinya dengan banyak keteladanan yang bisa diambil. Dengan dihasilkannya generasi islami juga akan didapati peradaban mulia seperti yang sudah tercatat dalam sejarah dunia tentang kegemilangan peradaban islam mengubah dunia dari kegelapan menuju pencerahan hakiki. Pendidikan islami mampu membuktikan janji Allah SWT dengan munculnya umat terbaik sesuai dengan ayat al-Qur’an :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS. Ali Imron : 110)
D.    DAFTAR BACAAN
Yunus, Mahmud. 1989. Sejarah Pendidikan Islam. PT. Hidakarya Agung: Jakarta.
Abudin, Nata. 2011.  Sejarah pendidikan Islam. Media Group : Jakarta.
Zuhairini, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Askara : jakarta.
Wahidin, Khaerul, Taqiyuddin. 1996. Sejarah Pendidikan Islam Umum & Indonesia. IAIN Sunan Gunung Jati : Cirebon.
Arief,Armai.2005. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.  Penerbit Angkasa : Bandung.


[1] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT.Hidakarya Agung, 1989) h 14
[2] Ibid . h 16
[3] Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Media Group, 2011) h 89-101
[4] Zuhairini Dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Askara, 1997) h 31
[5] Zuhairini, Ibid, h 27-55
[6] Armai Arief,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa,2005)h 135-136
[7] Khaerul Wahidin dan Taqituddin, Sejarah pendidikan Islam Umum &Indonesia. (Cirebon : IAIn Sunan Gunung Jati,1996) h 19

Tidak ada komentar: